Elon Musk
Foto: investopedia.com

Siapa Elon Musk Pemilik Stralink?

Mengisap ganja di depan umum dan tanpa ragu menyebut seorang penyelam sebagai pedofil karena menolak bantuannya. Siapa lagi kalau bukan Elon Musk yang berani berbuat seperti itu. Tingkah lakunya sering membuat rekan-rekan bisnisnya gelisah dan bahkan mengancam karier serta bisnis salah satu orang terkaya di dunia ini. Elon Musk memang miliarder yang tidak biasa. gimana engga?

Jika diperhatikan, Elon Musk berbeda dengan banyak pengusaha ternama lainnya, Musk tidak selalu menjaga citra dengan terlihat mulia dan tertutup.

Pengusaha yang sering disebut sebagai Iron Man di dunia nyata ini tetap menampilkan sisi “manusianya”, bebas dan ekspresif. Banyak orang meragukan bahwa tindakan ayah dari X A A-XII ini bisa menjadi bumerang bagi karier dan usahanya. Namun nyatanya, hingga kini, kekayaan Musk semakin bertambah, karier dan bisnisnya terus meroket bersama ambisinya. Di balik kesuksesan itu, banyak hal terjadi dalam hidupnya.

Dari Afrika Selatan ke Kanada

Elon Reeve Musk lahir di Pretoria, Afrika Selatan pada tahun 1971. Ia adalah anak tertua dari 3 bersaudara.
Ayahnya, Errol Musk, adalah konglomerat di Afrika Selatan dengan beragam bisnis. Sementara ibunya yang akrab disapa, Maye Musk merupakan seorang model dan ahli gizi asal Kanada.
Adik laki-lakinya, Kimbal Musk, adalah pengusaha sekaligus pecinta lingkungan. Elon Musk juga memiliki adik perempuan bernama Tosca Musk yang juga sukses didunia sebagai produser dan sutradara.

Musk dibesarkan di keluarga yang ambisius. Masa kecilnya ternyata juga tidak mudah, terutama setelah kedua orang tuanya memutusakan untuk bercerai. Dia sempat tinggal beberapa tahun dengan ayahnya di Pretoria sebelum akhirnya pindah ke Kanada pada usia 17 tahun.

Dia sadar bahwa akan lebih mudah masuk ke Amerika Serikat jika memiliki paspor Kanada. Musk memanfaatkan status kewarganegaraan ibunya untuk mendapatkan paspor Kanada pada saat itu.

Pindah ke Kanada, selain untuk menghindari ayahnya, juga untuk menghindari wajib militer di Afrika Selatan. Awal hidupnya di Kanada, Musk tinggal di rumah saudaranya di Saskatchewan selama setahun. Selama itu, dia bekerja serabutan, mulai dari membersihkan sampah gandum di peternakan, memotong kayu, menjadi tukang bersih-bersih, hingga menjual komponen komputer. Semua dilakukan demi bertahan hidup. Pada tahun 1990, Musk melanjutkan studi di Queen’s University di Ontario, Kanada.

Dua tahun kemudian, dia pindah ke Universitas Pennsylvania di AS dan lulus dengan gelar sarjana ekonomi pada tahun 1997. Selanjutnya Elon Musk mengambil kuliah strata satu lagi dengan jurusan fisika.

Dia lalu mengambil kuliah strata satu lagi, kali ini jurusan fisika. Musk sempat belajar di Universitas Stanford untuk mengejar gelar Ph.D. Namun dua hari setelah memulai kelas, dia memutuskan untuk tidak melanjutkan studi dan memilih menekuni bisnis teknologi dan internet hingga sekarang.

Korban Perundungan

Seperti banyak cerita superhero, Musk juga pernah menjadi korban perundungan sebelum meraih “kekuatan super”. Saat bersekolah di Afrika Selatan, Musk bukanlah anak yang populer. Dia lebih dikenal sebagai sosok yang introvert dan pendiam. Mengutip dari Investopedia, Musk pernah berkata bahwa “Mereka (pelaku perundungan) memaksa sahabat saya untuk membujuk saya keluar dari persembunyian, sehingga mereka bisa memukuli saya. Dan itu sangat menyakitkan.”

Jenius dan Hobi Baca Buku

Kejeniusan Musk sudah tercium oleh ibunya sejak dia berusia tiga tahun. Saat itu, Maye tahu anak sulungnya sangat cerdas, tapi belum bisa memastikan apakah dia akan membuat sesuatu yang cemerlang atau hanya akan memendam potensinya. Saking cerdasnya, Musk menciptakan perangkat lunak berupa game komputer sendiri pada usia 12 tahun. Game bertema luar angkasa itu diberi judul “Blastar”.

Dengan bantuan ibunya, game itu dijual ke sebuah majalah dan terjual seharga 500 dolar AS saat itu. Kecintaan Musk terhadap teknologi dimulai ketika usianya 10 tahun, saat dia mendapatkan komputer pertamanya. Selain hobi mengotak-atik komputer, Musk juga menghabiskan masa kecilnya dengan membaca banyak buku dan komik, terutama yang bertema antariksa. Buku favoritnya adalah genre filsafat, fiksi ilmiah, dan novel fantasi.

Membangun SpaceX

Kecintaan Musk terhadap dunia antariksa tidak berhenti pada game komputer yang dibuatnya saat kecil. Justru, Musk semakin berambisi membawa peradaban manusia ke Mars. Setelah memiliki cukup sumber daya, Musk mendirikan Space Exploration Technologies atau yang kita kenal dengan SpaceX pada tahun 2002. Dimana perusahaan Musk yang satu ini berfokus pada engembangan roket serta wahana antariksa untuk misi ke luar angkasa.

Seperti yang kita ketahui di tahun 2008, perusahaan SpaceX ini berhasil memenangkan kontrak senilai 1,6 miliar dolar AS dari NASA. Yang kemudian menghasilkan kerjsasama untuk membangun prpyek penting yaitu roket Falcon 1 yang telah mengorbit di tahun 2008 lalu.

Tak hanya itu Kolaborasi ini juga memiliki rencana lain, yaitu mengirimkan astronot ke Mars pada tahun 2025. Perusahaan milik Musk ini juga berkolaborasi dengan angkatan udara AS (USAF/United States Air Force) yang bertujuan membantu misi militer. Selanjutnya Tahun 2018, SpaceX sukses meluncurkan roket Falcon Heavy yang membawa mobil sport Tesla Roadster menuju Mars.

Starlink

Bisnis SpaceX tidak hanya berhenti pada pengembangan roket saja. Ada divisi lain di SpaceX yang fokus mengembangkan teknologi internet satelit, yaitu Starlink. Starlink dibentuk pada tahun 2015 dengan tujuan ambisius: memasang konstelasi satelit orbit rendah Bumi (low-orbit Earth/LEO) untuk menyediakan layanan akses internet komersial.

Sekarang, Starlink sudah mulai diuji coba, bahkan kamu sudah bisa melakukan pemesanan awal. Musk mengatakan bahwa Starlink akan lepas dari SpaceX dan menjadi perusahaan publik. Keuntungan dari Starlink nantinya akan digunakan untuk mendanai proyek roket di SpaceX. Jika mengutip dari majalah Forbes, valuasi SpaceX kini sudah mencapai 46M USD atau dalam mata uang kita sekitar 643 Triliun.